Saran terburuk bagi permainan rolet adalah menambah besarnya taruhan setelah kalah, khususnya jika tidak memperhatikan dengan seksama arah bola akan jatuh. Artinya, kita semua harus mempredksi nomor yang menang, tapi hampir setiap sistem tidak memperdulikan mengapa bola berlaku demikian. Bahkan setiap sistem pun mengabaikan variable-variabel fisik yang nyata dalam memprediksi nomor yang akan menang. Saya sendiri masuk dalam siklus lingkaran-lingkaran untuk menjelaskan hal tersebut kepada yang lainnya, sesuatu hal yang 20 tahun silam tidak saya pahami. Jika saja ada seseorang mencoba untuk menjelaskan kepada saya lebih awal, mengapa sistem-sistem rolet saya terdahulu tidak berfungsi, maka saya akan menganggap orang itu sombong dan menyebalkan bahkan dungu. Sehingga, saya menjadi terbiasa menjadi pemain dengan sistem tersebut. Baiklah, bayangkan hal ini. Anda yakin bahwa sesuatu itu benar, maka percayalah pada keyakinan itu. Kemudian seseorang akan berupaya untuk meyakinkan mengapa keyakinan anda salah. Mereka menjelaskan bahwa saat mereka berpikiran sama dengan anda, maka anda pun segera terpengaruh bahwa jangan-jangan anda berpikiran salah, segeralah anda mengabaikan hal itu dan tetaplah pada keyakinan anda sendiri. Dan 20 tahun kemudian anda akan tahu mengapa dulu anda salah, sehingga anda penasaran mengapa waktu itu tidak menyadarinya. Kemudian anda akan menyadari bahwa anda sudah menyia-nyiakan waktu bertahun-tahun lamanya dan menghabiskan banyak jam yng tak terhitung pada sesuatu yang berakhir pada kegagalan dari titik awal. Jika saja anda mempedulikan pendapat-pendapat orang lain, dan mencoba memahami alasan mereka, maka anda akan mendapatkan keuntungan dari rolet lebih cepat. Kemudian anda pun menemukan orang-orang yang sama seperti anda 20 tahun silam. Anda tahu bahwa anda sendiri sudah melewati fase itu. Anda pun sadar bahwa mereka tidak akan mendengarkannya. Anda berupaya keras untuk menolong mereka, namun sebagian besar dari mereka tidak tertarik dengan penjelasan anda. Sekarang, mereka tampak seperti orang yang terus-menerus membenturkan kepala ke sebuah dinding dan penasaran mengapa hal itu bisa terasa sakit. Anda pun menjelaskannya mengapa membenturkan kepala itu sakit, mereka tetap tidak peduli, dan tetap kembali ke dinding itu lagi. Bisakah anda melihat betapa frustasinya saya? Ya, bayangkan saja betapa buruknya kejadian itu, seperti terjadi di masa lalu. Bayangkan saja, bagaimana susahnya mengajarkan seseorang bahwa 1+1=2. Tapi mereka tetap bersikukuh hasilnya 3. Saya terus menggunakan contoh ini, dan sekarang saya harus berusaha lebih untuk menjelaskan maksud saya.